Profil Desa Petuguran
Ketahui informasi secara rinci Desa Petuguran mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Petuguran, Kecamatan Pituruh, Purworejo, desa bersejarah di perbukitan Menoreh. Kenali potensi unggulan gula aren, pembangunan infrastruktur jembatan dan jalan, serta kekayaan legenda lokal yang membentuk karakter dan kemajuan desa.
- 
                
                
Sentra Gula Aren Berkualitas
Petuguran dikenal sebagai pusat produksi gula aren (gula merah) tradisional, yang menjadi motor penggerak utama perekonomian dan ikon UMKM lokal.
 - 
                
                
Pembangunan Infrastruktur Strategis
Desa ini secara aktif membangun dan merehabilitasi infrastruktur vital, termasuk jembatan antar dusun dan jalan usaha tani, untuk membuka aksesibilitas dan menunjang ekonomi warga.
 - 
                
                
Kaya Akan Sejarah dan Legenda
Petuguran memiliki warisan cerita rakyat yang kuat, seperti legenda Kyai Gentho, yang memberikan nilai sejarah dan identitas budaya yang unik bagi masyarakatnya.
 
Bersemayam di kawasan perbukitan Menoreh yang elok, Desa Petuguran di Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, menyajikan perpaduan unik antara kekayaan alam, warisan legenda dan semangat pembangunan yang gigih. Desa ini dikenal luas sebagai salah satu sentra penghasil gula aren berkualitas tinggi, sebuah komoditas yang telah menjadi napas perekonomian warganya secara turun-temurun. Di tengah keasrian alamnya, Petuguran terus berbenah, membangun infrastruktur vital untuk membuka isolasi dan meningkatkan kesejahteraan.Jauh dari keramaian pusat kabupaten, Petuguran menawarkan potret desa yang otentik, di mana tradisi dan modernitas berjalan beriringan. Kisah-kisah masa lalu yang melegenda hidup berdampingan dengan geliat pembangunan jalan dan jembatan. Profil ini akan membawa Anda menelusuri setiap sudut Desa Petuguran, dari data wilayahnya yang spesifik, potensi ekonomi gula arennya yang manis, hingga denyut sosial-budaya yang dibalut oleh cerita rakyat yang abadi.
Wajah Wilayah dan Komitmen Pembangunan Infrastruktur
Secara administratif, Desa Petuguran merupakan salah satu dari 49 desa di Kecamatan Pituruh. Letaknya yang berada di area perbukitan memberikan karakteristik geografis yang khas, dengan kontur tanah yang naik-turun dan pemandangan alam yang hijau. Berdasarkan data resmi dari publikasi "Kecamatan Pituruh dalam Angka 2023" oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Petuguran memiliki luas wilayah sebesar 2,42 kilometer persegi, menjadikannya salah satu desa yang cukup luas di kecamatan tersebut.Data demografi pada akhir tahun 2022 mencatat jumlah penduduk Desa Petuguran sebanyak 1.771 jiwa. Populasi ini terdiri dari 888 penduduk laki-laki dan 883 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah yang ada, maka tingkat kepadatan penduduknya berada di angka 732 jiwa per kilometer persegi, menunjukkan sebaran penduduk yang tidak terlalu padat, khas wilayah perdesaan di area perbukitan.Batas-batas wilayah Desa Petuguran meliputi:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Wonosido
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kaligondang
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kalijering
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pamriyan
Pemerintah Desa Petuguran menunjukkan komitmen yang kuat dalam pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas dan menunjang perekonomian. Salah satu proyek paling signifikan ialah pembangunan Jembatan Kali Gentho pada tahun 2022. Jembatan sepanjang 12 meter dengan lebar 4 meter ini menjadi penghubung vital antar dusun, membuka akses yang sebelumnya terhambat oleh aliran sungai. Proyek yang didanai melalui Bantuan Keuangan Provinsi ini menjadi solusi permanen bagi mobilitas warga, terutama anak-anak sekolah dan petani yang mengangkut hasil panen. Selain jembatan, pembangunan dan rehabilitasi jalan usaha tani juga menjadi prioritas, memastikan kelancaran distribusi gula aren dan hasil bumi lainnya dari pusat produksi ke pasar.
Gula Aren: Emas Manis dari Perbukitan Petuguran
Nadi perekonomian Desa Petuguran berdetak paling kencang dari produksi gula aren atau yang lebih dikenal sebagai gula merah. Pohon aren (nira) tumbuh subur di perbukitan desa, dan keahlian untuk menyadap nira serta mengolahnya menjadi gula telah diwariskan dari generasi ke generasi. Hampir setiap keluarga di Petuguran terlibat dalam industri rumahan ini, menjadikannya sebagai sumber pendapatan utama yang menopang kehidupan sehari-hari.Proses pembuatan gula aren di Petuguran masih dilakukan secara tradisional, yang justru menjadi nilai jual utamanya karena menghasilkan cita rasa yang khas dan otentik. Setiap pagi dan sore, para penderes (penyadap nira) akan memanjat pohon aren untuk mengambil air nira yang telah terkumpul. Nira tersebut kemudian dimasak di atas tungku kayu bakar selama berjam-jam hingga mengental dan siap dicetak menggunakan batok kelapa.Kualitas gula aren dari Petuguran telah dikenal luas di pasar lokal hingga regional. Gula ini tidak hanya digunakan sebagai pemanis untuk konsumsi rumah tangga, tetapi juga menjadi bahan baku penting untuk industri kuliner, seperti pembuatan jenang, wajik, dan aneka jajanan pasar. Keberadaan industri gula aren ini menciptakan sebuah ekosistem ekonomi yang mandiri. Selain petani penderes, ada pula para pengrajin cetakan batok kelapa dan pedagang yang memasarkan produk ini hingga ke luar daerah. Pengembangan kemasan yang lebih modern dan higienis serta strategi pemasaran digital menjadi peluang besar untuk meningkatkan nilai jual dan jangkauan pasar gula aren Petuguran di masa depan.
Legenda Kyai Gentho dan Kekayaan Budaya Lokal
Desa Petuguran tidak hanya kaya akan hasil alam, tetapi juga sarat dengan warisan budaya dan cerita rakyat. Salah satu legenda yang paling melekat dan bahkan diabadikan menjadi nama sungai dan jembatan ialah legenda Kyai Gentho. Konon, Kyai Gentho merupakan seorang tokoh sakti pada masa lampau yang berdiam di wilayah tersebut. Cerita mengenai kesaktian dan jejak petilasannya menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Petuguran.Nama "Petuguran" sendiri diyakini berasal dari kata patuguran yang berarti tempat menugur atau tempat menunggu atau mengintai, yang mungkin berkaitan dengan aktivitas para tokoh atau pejuang di masa lalu. Keberadaan cerita-cerita rakyat ini bukan sekadar dongeng pengantar tidur, melainkan berfungsi sebagai perekat sosial, sumber nilai-nilai kearifan lokal, dan penguat rasa kepemilikan terhadap tanah kelahiran.Kehidupan sosial masyarakatnya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai gotong royong, kesederhanaan, dan religiusitas. Kegiatan seperti kerja bakti, kenduri, dan perayaan hari besar keagamaan menjadi momen penting untuk berkumpul dan mempererat tali persaudaraan. Harmoni antara manusia dengan alam juga tercermin dari cara mereka mengelola perkebunan aren secara berkelanjutan.
Prospek dan Arah Pengembangan Desa
Menatap ke depan, Desa Petuguran memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi desa agrowisata yang unik. Kombinasi antara keindahan alam perbukitan Menoreh, keunikan proses produksi gula aren tradisional, dan kekayaan cerita legenda Kyai Gentho merupakan tiga pilar utama yang dapat dikembangkan menjadi paket wisata edukasi dan budaya yang menarik.Pemerintah desa dapat terus melanjutkan fokus pada peningkatan infrastruktur jalan untuk memudahkan akses wisatawan. Sementara itu, kelompok-kelompok usaha gula aren dapat didorong untuk menciptakan galeri produksi di mana pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan gula, mencicipi nira segar, dan membeli produk langsung dari pengrajinnya. Inovasi produk turunan gula aren, seperti sirup aren, permen, atau gula semut (gula aren bubuk), juga dapat dikembangkan untuk memperluas segmen pasar.Dengan terus merawat warisan budaya, memberdayakan potensi ekonomi lokal, dan membangun infrastruktur secara berkelanjutan, Desa Petuguran tidak hanya akan dikenal sebagai penghasil gula aren, tetapi juga sebagai destinasi yang menawarkan pengalaman otentik tentang kehidupan pedesaan yang harmonis antara alam, budaya, dan manusia.
            